-->

Iklan

Air Mata Anisa-Part Ketika Faiz Kecelakaan

Akhmad Fauzi
Thursday, 18 February 2021, February 18, 2021 WIB Last Updated 2021-04-06T01:22:31Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
                         Dokpri

Selamat menikmati dan semuga menginspirasi.
...
Kemudian Dokter menjawab pertanyaan dari Pak Harto dan sekaligus memberikan cara untuk segera bisa menumbuhkan kembali ingatan masa lalu Faiz.

"Tergantung, Pak.  Jika dia sering berada dan diajak ke tempat atau lingkungan yang selalu dia datangi, kemungkinan akan bisa merangsan memori yang hilang untuk tumbuh kembali. Akan tetapi jangan sampai memaksakan penderita penyakit ini untuk mengingat sesuatu, sebab dia akan selalu dihantui rasa sakit yang amat sangat di bagian kepalanya."
Setelah usai mendengarkan penjelasan Dokter, ketiganya mengerti dan segera pamit untuk menemuiku lagi. 

Di dalam ruangan, Faiz merasa bingung sendiri dengan keadaan yang menimpanya. Dia tidak paham dengan apa yang sedang terjadi. Batinnya seakan sesak menerima semua peristiwa ini. Bahkan dia sudah tidak ingat siapa dirinya sebenarnya.

"Aku ini siapa?" Tanyaku datar, hingga didengar oleh bapak. Beliau sudah paham dengan penyakitku yang lupa ingatan. Kemudian beliau menghampiriku seraya menjawab pertanyaanku yang sulit untuk dikatakan.

"Kamu Faiz, anakku." Kata Pak Harto berusaha memberi tahu agar Faiz mencoba ingat segalanya.
Namun usahanya sia - sia. Dia bahkan lupa tentang kehidupan sebelumnya, sampai melupakan sang bapak yang sudah banyak berkorban selama ini. 

"Aku tidak ingat apa - apa lagi." Serunya dengan nada berat seakan tak terima dengan keadaan ini. Dia berusaha mengingat, namun kepalanya masih terasa sakit dan sangat ngilu. Wajar saja, jika dia memegang kepalanya sambil bercakap - cakap dengan Pak Harto.

"Mereka siapa, Pak?" Sambil menunjuk ke arah Icha dan Anisa yang masih tetap berdiri di hadapannya. Mereka adalah dua bidadari yang sangat setia menemani Faiz selama ini, baik dalam keadaan susah maupun senang. 

"Mereka itu, sahabat - sahabat kamu, Nak."
Pak Harto memberi tahukan bahwa Icha dan Anisa adalah sahabatnya yang selalu setia menunggu. Namun Pak Harto belum tahu jika keduanya telah menaruh rasa pada anaknya itu. Terutama Icha yang sudah sekian lama menunggu momen pertemuan ini. Dia sangat bahagia dengan bertemu Faiz sekaligus sedih sebab dia tak ingat dirinya.

"Aku tidak ingat siapa mereka semua, Pak. Maafkan aku."
Bahkan Faiz sudah bisa mengenali Icha, orang yang selama ini dia puja. 
"Nak, jika kamu tidak ingat mereka, kamu tidak perlu memaksakan diri. Kata dokter, kamu tidak perlu mengingat sesuatu yang berat - berat dulu, karena akan memicu sakit di area kepalamu." 

Mendengar hal itu dari mulut Faiz, dengan cepat Icha pergi ke kamar mandi. Bukan untuk buang air kecil atau besar, melainkan membuang dan menumpahkan air mata yang dia pendam sejak tadi. Dia tidak habis pikir karena Faiz tidak bisa mengingatnya lagi. Icha mencoba mengerti dengan keadaan Faiz yang amnesia. Dia memaklumi apa yang sedah dialami oleh pujaan hatinya itu. Walaupun dengan hati terpukul, dia mencoba menata hatinya.

Sudah lama dia menunggu momen ini. Namun takdir tak berpihak, aku malah tidak ingat dia lagi. Dia tak kuasa lagi menahan rasa sedih setelah lama tak bertemu dan pada akhirnya dia melihatku dalam keadaan lupa kepadanya. Bahkan melupakan kenangan manis yang pernah dilewati bersama.

Dengan menata hati kembali, dia keluar dari kamar mandi. Dia harus sanggup menerima kenyataan bahwa dia dilupakan oleh Faiz tercinta. Walaupun hal ini tanpa ada unsur kesengajaan dari Faiz.

"Mas Faiz, ini aku Anisa, kamu ingat tidak?" Kata Anisa menanyakan itu. Dia berharap Faiz bisa mengingat semua kenangan yang pernah dia jalani berdua. Anisa juga ingin menumbuhkan ingatannya kembali. Agar bisa mengenalinya dan sekaligus mau membuka sedikit hati untuk dirinya.

Lalu, aku perhatikan dia, namun seakan buram dan tidak ada yang bisa aku ingat darinya.
"Maaf, aku lupa." Kataku singkat.

Seketika itu, kulihat air matanya jatuh menetes perlahan membasahi pipi indahnya. Tanda kesedihan yang teramat dalam menyerang hatinya, sama seperti Icha yang baru kembali dari kamar mandi.

Kemudian Faiz memegang kepalanya seakan ada rasa sakit yang menyerang secara tiba - tiba. Mungkin efek berpikir dengan pertanyaan yang diajukan oleh keduanya.

"Jangan dipaksakan, Nak."  Kata Bapakku.

Satu jam kemudian, Dokter memperbolehkan aku pulang. Meskipun kaki dan tanganku belum sembuh total. Ada sedikit rasa nyeri akibat terkena jalan aspal. Lukanya telah kering, namun sakitnya masih ada dan terasa perih.

Aku merasa sangat senang, meskipun tak dapat mengingat apa - apa. Karena aku memang tidak betah lagi berada di rumah sakit. Sebab aku rasa sudah lama berada di situ dan aku terbayang - bayang dengan tempat itu yang tak asing bagiku. Dengan bau obat yang tidak aku sukai, mendorong aku untuk pulang dengan segera. 

Sementara Pak Harto juga senang dengan kabar anaknya untuk diperbolehkan pulang hari itu. Icha dan Anisa ikut bahagia dan sangat senang ketika tahu bahwa Faiz akan pulang. Lalu keduanya meminta izin untuk merawat Faiz di rumahnya. Agar dengan leluasa mengetahui perkembangan selanjutnya dengan ingatan Faiz. Mereka seakan berlomba - lomba untuk mencari perhatian dari Pak Harto dan Faiz. Akan tetapi beliau belum tahu maksud mereka berdua yang sesungguhnya.

Memang, cinta itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Jangan sampai menunggu bola tapi, jemputlah bola dengan cepat. Karena siapa yang cepat dia yang akan dapat. Begitulah kira - kira. Hehe

Icha dan Anisa merasa bahagia karena mendapatkan izin dari Pak Harto untuk merawat Faiz di rumahnya. Namun beliau masih khawatir jika terjadi fitnah ketika ada wanita yang bukan mahram berada satu atap dengannya. Namun, demi kebaikan dan kepulihan ingatan Faiz, Pak harto siap menanggung segala resikonya.

"Terimakasih sudah mau mengizinkan kami untuk merawat Faiz di sini, Pak." Kata Icha memulai percakapan setelah sampai di rumah Pak Harto. 
"Iya, Nak. Bapak juga berterimakasih kepada kalian karena mau repot - repot merawat Faiz."
"Justru kami senang, jika bapak memperkenankan kami untuk merawat Mas Faiz, lagi pula kami bisa lebih dekat dengannya jika setiap hari berada di sini."
Kata Anisa menyambung percakapan.

Pak Harto masih saja belum mengerti dengan maksud  kedua gadis yang ada di rumahnya tersebut. Beliau hanya ingin yang terbaik dengan Faiz, mungkin dengan ada keduanya ingatan Faiz akan segera pulih total. Karena Pak Harto berpikir, selama ini merekalah yang menjadi sahabat terdekat Faiz.

Siang mulai berganti malam, menyisakan lukisan langit senja yang temaram. Di ufuk barat mega merah mulai menghiasi langit. Pertanda waktu shalat magrib sudah tiba. Suasana gelap mulai mencekam, menghadirkan suara jangkrik bersahut - sahutan. Pak Harto, Faiz, Icha, dan Anisa melaksanakan shalat magrib dengan berjamaah. Mereka khusuk menghadap Sang Pencipta sampai seselai melaksanakannya. 

Dalam doa, Icha berharap Faiz segera pulih ingatannya. Hal yang sama juga diinginkan oleh Anisa. Lirih dalam hatinya, berharap suatu saat cinta mereka berdua tersambut oleh Faiz. Walaupun Icha tahu, bahwa dirinyalah yang pantas untuk Faiz. Walaupun pada dasarnya, mereka berdua belum saling tahu bahwa keduanya mencintai laki - laki yang sama.

Bersambung.

Silakan komentari, kritik dan sarannya, agar ada perbaikan novel ke depan. Penulis bukanlah orang yang sempurna. Tidak mungkin semua yang ditulis murni benar. Masih harus ada koreksi sehingga komentar anda sangatlah membantu.

Tunggu update selanjutnya!





Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+