masukkan script iklan disini
Image: Pixabay.com
Bajingan Jalanan
Cerpen
Karya: Akhmad Fauzi
Di tengah pasar baru muncullah keributan yang terjadi secara tiba-tiba. Tampak seseorang yang mengacak-acak barang dagangan ibu penjual sayur yang sudah tua renta. Dengan beringas dia merusak lapak ibu itu karena tidak dapat membayar uang keamanan karena dagangannya belum ada satupun yang laku.
Setelah ditelisik, ternyata nama pria yang mengacak-acak dagangan ibu itu adalah Sahrul, tapi bukan Sahrul Gunawan ya guys.
Semua orang yang ada di pasar tidak ada yang berani menghalanginya. Karena takut terhadap kebiadaban Sahrul. Ibu itu hanya bisa menangis karena lapaknya hancur berkeping-keping.
Tak ada yang tersisa lagi untuk dijual. Sementara Sahrul masih dengan muka merahnya merasa di atas angin. Dia memegang linggis untuk merusak dagangan yang berada di depan matanya. Sepertinya dia sudah menyiapkan linggis itu dari rumah. Dan memang berniat mau mencelakai ibu yang tidak bersalah itu.
Suasana pasar terasa panas dan gerah menyerang. Ditambah dengan ulah Sahrul yang memang tidak beradab. Dia seakan tidak puas merusak lapak ibu tua itu dan mau mencari mangsa yang lain.
Sebelum akhirnya, datang pemuda tampan dan gagah menghentikan aksinya. Pemuda itu kebetulan ingin membeli sesuatu di pasar. Dengan bersikap tenang dia menghampiri Sahrul dan mencoba menghentikannya. Namun Sahrul malah marah-marah tak karuan. Dia menghampiri pemuda dengan linggis yang sudah dipersiapkannya dari rumah. Sementara pemuda itu tidak membawa apa-apa untuk melawannya. Bukannya dengan meminta maaf semua urusan beres.
Dengan cepat pemuda gagah dan tampan itu mengambil dua buah batu yang berserakan untuk sekadar berjaga-jaga. Seketika itu, Sahrul menghentikan langkahnya untuk menghampiri pemuda itu dengan linggis di tangannya. Rupanya dia mulai gemetar melihat dua buah batu yang kira-kira berukuran persis dengan kepalanya. Sehingga dia mengurungkan niatnya untuk menyerang sang pemuda tampan dan gagah.
Pergulatan mulut terjadi, namun tidak sampai baku hantam. Ternyata si Sahrul ciut juga nyalinya kalau melihat batu. Jika kalian dalam keadaan terdesak, dirampok atau dibegal sementara tidak membawa apa-apa. Silakan ambil batu dan hujamkan tepat di kepalanya jarak satu meter. Jangan sampai lengah ya kawan-kawan pembaca!
Akhirnya Sahrul pergi dari lapak ibu itu tanpa berkata apa-apa. Semua yang melihat itu, merasa kagum dengan sang pemuda pemberani yang tidak diketahui dari mana asal-usulnya. Pemuda itu tampil sederhana namun tampan dan gagah.
Pagi itu tidak terjadi hal yang mencemaskan. Semua kegiatan pasar kembali berjalan dengan normal. Sementara Sahrul mencoba mencari tahu dari mana asal pria ganteng itu dan akan membuat perhitungan dengannya. Dia masih tidak merasa puas dengan pertemuannya di pasar.
Setelah mengetahui asal-usul pemuda tampan itu, dia berniat akan mencelakainya di kemudian hari saat bertemu lagi. Karena dendam yang membara di hatinya masih berkobar-kobar. Dia ingin pemuda itu celaka karena telah berani menantangnya.
Sementara di hari yang berbeda, Sahrul membuat keonaran lagi di pasar. Namun hal itu dia lakukan bukan untuk tujuan itu, dia hanya ingin memancing pemuda gagah dan tampan dulu menghampirinya. Namun hari itu pria tampan dan gagah tidak datang menghampiri. Karena mungkin dia masih sibuk dengan urusan yang lain.
Hati Sahrul semakin geram, dia ingin sekali balas dendam terhadap pria gagah itu. Hingga dia dipertemukan lagi dengan pria tampan tersebut, dia tidak pernah kapok membuat keonaran di pasar. Sungguh Sahrul adalah orang yang bejat akhlaknya. Tidak mau melihat orang yang dianiaya adalah seorang ibu tua renta.
Penulis juga geram saat menuliskan cerita ini, ingin sekali memitas mata Sahrul.Huh!
Pada suatu ketika, Sahrul melihat pemuda tampan itu di jalan raya. Sementara dia memakai mobil, dan pria tampan itu memakai motor. Timbullah niat jahat si Sahrul untuk mencelakakan pemuda tadi. Namun nahas dia malah tak mampu mengendalikan mobilnya hingga terjatuh ke jurang.
Tamat.
Note: Cerita ini hanyalah rekayasa belaka. Jika ditemukan kesamaan, itu hanya kebetulan saja.