masukkan script iklan disini
Di sudut kamar Kost, Iwan meratapi nasibnya yang sedang jomblo tak punya pasangan hidup. Dia hanya menggerutu diri sendiri dalam kamar. Setelah Ijo, Pardi, Tukimin pergi bersama ke luar untuk malam mingguan.
"Wan, kami berangkat dulu, ya."
Kata mereka berpamitan. Padahal Iwan sudah sangat panas dalam hatinya melihat mereka semua pergi ke luar. Tampak kemesraan yang terjalin begitu intim dengan pasangan masing-masing.
Iwan hanya mampu menatap kepergian mereka yang sudah ditelan kegelapan malam. Kegelisahan hatinya dia bawa mandi ke sumur. Malam minggu ini dia harus memguatkan hatinya. Agar tidak terus menerus terpuruk dalam kejombloan.
Nasib memang nasib tidak melulu menguntungkan. Akan ada titik terendah yang akan kita hadapi. Namun bagi kalian yang belum punya pasangan, jangan khawatir. Jaga nafsu syahwat dan jangan melakukan maksiat kepada Allah.
Malam mingguan adalah budaya syetan. Tidak perlu beramai-ramai untuk pergi dengan pasangan yang tidak sah. Karena free sex akan mengintai.
Beruntunglah seorang Iwan yang tidak melakukan maksiat kepada Allah. Dia dengan sendirinya telah menjaga nafsu syahwat yang menyerang. Padahal dia tidak tahu bahwa kejombloannya membawa berkah bagi hidupnya.
Iwan pergi ke Mushalla saja. Dia menunaikan shalat Isya' berjamaah dengan para jamaah yang lain. Hal itu dia lakukan untuk menghibur dirinya yang kalut karena tidak punya pasangan.
Walaupun demikian, dia masih merasa beruntung karena dijaga oleh Allah SWT. Hidupnya kini dalam keselamatan dan dijalan kebaikan. Berbeda dengan temannya yang keluar malam mingguan untuk melampiaskan hawa nafsu syahwat belaka.
Kemudian setelah shalat isya', Iwan beranjak pulang ke kostannya. Akan tetapi, dicegat oleh salah seorang ustadz yang memimpin shalat berjamaah isya' malam itu.
"Tunggu, Wan. Ada hal penting yang mau saya bicarakan denganmu."
"Iya, Ustad. Ada perlu apa?"
"Gini, Wan. Ada teman saya bingung mau menjodohkan anaknya, tapi beliau belum menemukan jodoh yang pas buat anaknya itu, kalau kamu bersedia, Ustadz akan kenalkan kamu dengan teman uatadz itu."
Iwan membatin, dia tak kuasa menahan api jiwa yang berkobar antara semangat dan gelisah yang berapi-api. Dia senang sekali mendapatkan tawaran itu. Namun dia masih berpikir apakah pantas menjadi menantu teman ustadz tersebut.
"Baiklah, Ustadz. Saya akan mencoba untuk berkenalan dengan teman ustadz. Lagi pula, saya juga sedang mencari jodoh. Walaupun masih tidak punya pekerjaan."
"Masalah pekerjaan, kamu tenang saja, Wan. Temanku itu merupakan Bos salah satu perusahaan besar di kota ini."
Mendengar hal itu, Iwan terus saja bersyukur dalam hati, dia berdoa mudahmudahan jodoh ini saling cocok dan dimudahkan oleh Allah Swt.
Satu minggu kemudian, Iwan dipertemukan dengan teman Ustadz. Mereka saling sepakat untuk langsung mengadakan akad nikah. Baik teman Ustadz dan putrinya, samasama setuju dengan Iwan.
Alhasil, mereka menikah dengan bahagia. Dan Iwan meneruskan usaha Bapak mertuanya yang besar. Dia kemudian diangkat menjadi bos di sana.
Di sisi lain, teman-teman kostan Iwan meringkuk dipenjara karena tidak mau tanggung jawab setelah menghamili pasangannya masing-masing.
Tamat.
Semuga menjadi kisah yang dapat diambil manfaatnya. Aamiin
Wassalamualaikum, Wr. Wb.