masukkan script iklan disini
Ayin tidak merasa nyaman kepada suaminya karena Dewa mantannya selalu menghubungi lewat telepon. Dia merasa risih dengan tingkah sang mantan. Dia juga takut suaminya mengetahui hal itu.
Ayin bingung sendiri dan terus saja tidak tenang. Dalam hidupnya baru kali ini dia mendapatkan cobaan besar. Antara melayani mantan atau bertahan dengan kesetiaan pada sang suami.artikelartikelterbaru.blogspot.com
Pagi pagi sekali Ayin berangkat ke supermarket untuk membeli kebutuhan dapur selama sebulan. Pada awalnya dia tidak merasa curiga ada seseorang yang menguntit dari belakang. Karena dia merasakan ada yang janggal. Dengan cepat Ayin melangkahkan kakinya.
Namun hal itu sia-sia saja. Seseorang itu masih mengejar dari belakang. Semakin cepat Ayin melangkah, pengejar itu semakin mengejar.
Setelah sampai di supermarket, Ayin tidak pokus pada barang belanjaannya. Dia penasaran siapa orang yang membuntutinya dari tadi. Karena rasa penasaran itulah dia memutuskan untuk mencari tahu dengan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Kemudian, dia beranjak pulang ke rumahnya sekitar jarak 1/2 kilo. Dia berjalan kaki sambil lalu berolahraga. Lalu seseorang itu masih saja mengikuti langkahnya dari belakang.
Sampai pada satu tikungan tajam, Ayin bersembunyi di balik pagar kecil. Setelah seseorang itu muncul, ternyata Ayin terkejut bukan kepalang. Dia melihat Dewa yang lewat tepat di depannya.
Karena merasa tidak terancam, akhirnya Ayin keluar dari tempat persembunyiannya. Dewa pun terkejut mendapati Ayin yang sudah berdiri tepat di depannya. Terjadilah obrolan serius di antara keduanya.
"Kenapa kamu mengikutiku terus, Dewa. Memangnya kamu gak ada kerjaan lain?"
"Ayin, tolong maafkan aku, berilah aku kesempatan untuk memperbaiki segalanya."
"Kamu kira segampang itu, lagipula aku sudah punya suami. Jadi, aku harap kamu jangan dekati aku lagi."
Kemudian, Ayin mau pergi begitu saja. Akan tetapi dengan cepat Dewa meraih tangan Ayin. Sehingga Ayin tidak dapat melangkah pergi.
"Lepaskan tanganku, Dewa. Kamu tidak berhak memegang tangan ini!"
Seru Ayin dengan nada emosi.
"Tidak Ayin, aku tidak akan melepaskan tanganmu, sebelum kamu memaafkan aku dan mau berhubungan lagi seperti dulu."
'Cuuuhhhhhhhhhh!'
Ayin meludah tepat di muka Dewa. Sementara Dewa mengelap dengan cepat wajahnya yang terkena semprotan ludah. Dia semakin gemas dengan perilaku Ayin yang menggemaskan.
Sementara dari kejauhan Andre melihat istrinya sedang berduaan dengan laki-laki. Dia salah paham dengan apa yang sedang dilihatnya. Andre tidak menghampiri mereka berdua. Dia hanya menyimpannya rapat-rapat dalam hati.
Selanjutnya Andre pulang ke rumahnya. Karena ada sesuatu yang ketinggalan. Tanpa memikirkan sesuatu yang aneh dulu.
Di sisi lain, Dewa masih memegang erat tangan Ayin yang rapuh. Dia tidak bisa melepaskan pegangan Dewa yang sangat kuat. Lalu Ayin menampar pipi Dewa dengan tangan kirinya.
Hasilnya, Dewa melepaskan tangan Ayin yang putih mulus tersebut. Dia hanya mengerang kesakitan akibat tamparan tadi. Tamparan mantan yang sudah dia khianati.
"Jangan kurang ajar, Dewa. Aku sudah punya suami!"
"Aku tidak perduli kamu sudah punya suami atau tidak. Aku masih cinta sama kamu, Ayin."
"Maaf, Dewa. Aku sudah melupakanmu sejak kau selingkuhi aku."
"Aku tidak bermaksud melakukan hal itu, Ayin. Aku khilaf."
"Pembohong, aku sudah tahu semua kelakuan bejatmu dari temanku yang kau pacari juga. Dasar laki-laki tidak tahu malu!"
Mendengar hal itu, Dewa tak mampu lagi berkutik. Dia diam seribu bahasa. Tidak tahu harus berkata apa.
Dengan pasrah dia melepaskan Ayin pulang ke rumahnya. Rasa sesal yang dia punya kini semakin menjadi-jadi. Dia sangat malu pada Ayin yang dulu sangat setia. Hanya hanya bisa menyesali apa yang telah terjadi.
Sesampainya di rumah, Ayin bingung kenapa suaminya sudah berada di depan pintu rumah mereka.
"Tumben Mas pulang jam segini, ada masalah apa?"
"Masalah besar!"
Jawab suaminya dengan nada ketus.
"Lho, kok jawabnya gitu, Mas. Padahal aku tanya baik-baik."
"Mulai hari ini, kita resmi pisah. Aku talaq kamu dengan talaq 1."
"Tapi, tapi..., kenapa, Mas!"
"Barusan aku lihat tangan kamu dipegang seorang laki-laki di depan supermarket. Aku melihatnya dari jauh."
"Kamu salah paham, Mas. Dia bukan siapa-siapa aku."
"Pokoknya aku tidak mau tahu. Sekarang kamu pulang saja ke rumah orang tuamu!"
Sementara itu, Ayin menangis sejadi-jadinya. Dia tak tahan karena sudah dituduh sembarangan oleh sang suami. Dia hanya pasrah menerima talaq dari suaminya itu.
Dari jauh, Dewa melihat kejadian tersebut. Akhirnya dia menghampiri Ayin dengan koper berisi bajunya. Dia telah diusir oleh Andre.
Sementara itu, Ayin melihat kedatangan Dewa. Dia marah sekali padanya yang menejadi penyebab semua masalah ini. Sementara itu, dia tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi.
Andre melihat kedatangan Dewa, dia langsung mengarahkan tinju kemulut Dewa. Dewa telat menghindar, akhirnya dia kena jotos. Perkelahian sengit pun terjadi di depan rumah Andre. Sementara Ayin meminta tolong pada warga setempat.
Akhirnya warga datang dan melerai mereka berdua. Lalu Ayin pergi meninggalkan keduanya dibawa ke balai desa. Ayin sudah tidak mau percaya lagi pada kedua laki-laki itu lantaran tidak mau mengerti perasaannya.
'Boleh cemburu, tapi jangan buta'
Tamat.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.