-->

Iklan

Novel Air Mata Anisa-Part Faiz Ternyata Amnesia

CEO FACELOOK
Tuesday, 16 February 2021, February 16, 2021 WIB Last Updated 2021-04-06T01:20:49Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
                    My Design

Cara membuat novel yang bagus adalah jangan sampai lupa membuat judul, tokoh yang hidup, karakter tokoh, alur cerita, suasana tempat, dan waktu. Kemudian bumbu konflik yang bisa menngetarkan hati pembaca.

Seperti contoh novel Air Mata Anisa di bawah ini :



Sudah satu minggu Faiz di rumahnya. Namun tidak ada perkembangan apapun dalam ingatannya. Dia hanya diselimuti rasa ingin tahu apa yang sedang terjadi padanya. Kenapa dia tidak ingat lagi tentang dirinya sendiri.

Di sisi lain, Romi yang sedang resah karena menunggu sang adik belum pulang ke rumah. Padahal, malam itu dia ingin sekali mengajak Anisa ke rumah Pak Sugeng. Namun kelihatannya Anisa masih betah berada di rumah Faiz. 

Dia tahu itu karena baru saja menelpon sang adik dan buru - buru memintanya untuk segera pulang dan menemaninya ke rumah sang bos.

"Halo, Kak. Iya aku lagi di rumah Mas Faiz bersama Icha." Percakapannya dengan Romi di dalam telpon.

"Bagaimana keadaannya, Dek?" Romi berusaha mencari tahu kabar terakhir Faiz.

"Kalau secara fisik, Mas Faiz baik - baik saja, Kak. Namun secara psikis, aku belum tahu. Soalnya, dia terus - terusan mengurung diri di dalam kamar dan hanya sekali menghampiri aku dan Icha." Jelas Anisa dengan penuh rinci.

"Untuk malam ini, kamu bisa pulang sebentar, Dek. Soalnya ada hal penting yang ingin kakak sampaikan kepadamu."

"Belum tahu juga, Kak. Memangnya ada hal penting apa, Kak?" Tanya Anisa penasaran.

"Tidak enak bicara di telpon, Dek. Tapi, mau tidak mau kakak harus mengatakan ini sekarang juga. Kakak disuruh Pak Sugeng bos kakak, untuk datang ke rumahnya. Dia berkeinginan menjodohkan aku dengan putrinya. Padahal kakak belum siap untuk hal ini." Romi menjelaskan maksud ajakannya untuk mendatangi undangan Pak Sugeng.

"Kabar baik itu, Kak. Biar kakak tidak jones sepanjang masa. Baiklah kak, aku akan pulang dan akan menemanimu ke sana, lagian aku penasaran seperti apa wajah putri bos kakak itu." Godanya pada sang Kakak.

"Lalu, bagaimana dengan Faiz?" Sambung Romi mengingatkan Anisa.

Kemudian dia diam sejenak, memikirkan solusi yang tepat untuk hal itu.

"Di sini, sudah ada Pak Harto dan Icha, jadi aku akan pamit dulu sama mereka untuk menemanimu menerima pinangan sang bos, he he." Dia tersenyum seraya menggoda Romi yang masih dihantui rasa gelisah di hatinya. Dia masih pensaran dengan gadis yang akan dijodohkan dengannya.

"Ada - ada saja kamu, Dek. Ya sudah, kamu tidak perlu pulang, kakak akan bawakan baju ganti untukmu, sekalian menjemputmu langsung berangkat dari rumah Faiz." Romi memberikan solusi agar tidak merepotkan adiknya.

"Oke, Kak. Aku tunggu di sini, see you."

"See you, Dek. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Terdengar jawaban Anisa yang masih saja tersenyum menggoda kakaknya. Namun Romi hanya bisa membalasnya dengan senyuman gemes pada adiknya itu.

Lalu, mereka bersiap - siap dari tempat berbeda. Agar memudahkan berangkat segera ketika sudah saling bertemu. 

Malam itu, tepat dengan malam minggu. Malam yang penuh dengan madu bagi seseorang yang telah mempunyai pasangan. Tapi jangan sampai malam minggu merusak masa depanmu. 

Selesai menelpon Romi, Anisa beranjak  pergi ke kamar mandi milik Faiz. Kemudian dia menumpang mandi malam itu, walaupun cuaca sangat dingin dan menusuk ke tulang belulang. Namun hal itu tidak menyurutkan niat Anisa demi mendampingi sang kakak yang sebentar lagi akan menjadi menantu bosnya.

Di rumahnya, Pak Sugeng sudah siap - siap kedatangan tamu agung, yakni Romi. Dia berharap karyawan yang dia banggakan bisa memenuhi undangannya. Seisi rumah menunggu dengan bahagia kedatangannya. Kecuali Sang putri yang masih mengurung diri, uring - uringan di dalam kamar."

Dia seakan tak mau berbagi rasa dengan Sang Ayah dan Ibu. Karena di hatinya menolak untuk dijodohkan dengan pilihan orang tua yang belum dia ketahui. Gadis itu menangis sendiri di dalam kamar. Dia hanya berteman dengan boneka Barby kesayangannya.

Matanya sudah bengkak karena menangis dari tadi, di saat Sang Ayah bilang, bahwa akan ada calonnya yang ingin mampir. 

Di tempat lain, tepatnya di rumah Faiz, Anisa berpamitan kepada Icha dan Pak Harto. Karena dia telah melihat sang kakak yang menjemputnya. 

"Pak, saya pergi dulu mau menemani kakak ke rumah bosnya." Pamit Icha.

"Iya, Nak. Terimakasih sudah mau menemani Faiz di sini."

"Iya, Pak. Saya melakukannya dengan ikhlas, jadi bapak tidak perlu khawatir. Oya, Cha. Aku pergi dulu, ya. Tolong jaga Mas Faiz, kasih tahu aku kalau sudah ada perkembangan."

"Iya, Anisa. Aku akan menjaga Mas Faiz sebaik mungkin."

"Assalamualaikum." Salam Anisa

"Waalaikumussalam." Jawab keduanya.

Setelah berganti baju yang dibawakan sang kakak, mereka berdua segera masuk mobil untuk segera berangkat menuju rumah Pak Sugeng. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 19.30 malam. Di dalam mobil Anisa masih terus saja menggoda Romi dengan percakapan yang terjadi antara keduanya.

"Kak, bagaimana nanti jika sudah menjadi menantu bos, ya. Pasti enak dan segalanya bisa terpenuhi, apalagi kalau calon kakak cantik."
"Ih apaan sih, Dek. Kakak gak mau berkhayal terlalu dini, nanti kakak bisa kecewa dan termakan omongannmu yang ngelantur itu, loh."

"Jangan salah, Kak. Semua karyawan pasti mendambakan untuk bisa menikahi putri bosnya. Apalagi kalau putri bosnya itu bening."

"Kakak belum tahu, Dek. Wajah putri bos saja, kakak belum pernah lihat. Apalagi sampai berpikir yang macam - macam, sudahlah kakak mau pokus nyetir, kamu gak usah bicara yang aneh - aneh."

Mereka meluncur sampai ke rumah sang bos. Anisa dibuat takjub dengan bangunan rumah yang seakan istana megah lengkap dengan seorang Security yang selalu stanby di pintu masuk gerbang utama.

Dengan sigap Security itu membukakan pintu gerbang yang selalu terkunci.

Hingga akhirnya Pak Sugeng dan istrinya sudah menunggu kedatangan Romi dan Anisa di depan pintu masuk rumah mereka.

Terlihat wajah bahagia menghiasi mereka, karena tamu agungnya sudah berada di halaman rumah.

Setelah mereka masuk, Pak Sugeng mengarahkan mereka ke ruang tamu. Kembali Anisa dibuat takjub dengan isi perabotan rumah dan perlengkapan lainnya yang serba mewah dan mahal. Bahkan mungkin anisa hanya bisa berkhayal untuk membeli salah satu perabot yang ada.

Romi hanya bisa tersenyum melihat sang adik yang planga - plongo menyaksikan keindahan dan kemewahan rumah bos kakaknya itu.

Bersambung...

Jangan lupa review dan tunggu update selanjutnya...





Itulah contoh novel simpelnya. Semuga kalian bisa menyerap ilmunya. Kemudian praktek langsung, karena praktek itu lebih baik dari sekadar bicara.
Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+