-->

Iklan

Air Mata Anisa Novel Terbaru Part: Kado Ulang Tahun Anisa Tayang di Novelme

CEO FACELOOK
Sunday, 7 February 2021, February 07, 2021 WIB Last Updated 2021-04-06T01:37:45Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
                           Dokpri

Cuplikan novel di bawah ini, adalah kelanjutan dari episode sebelumnya dari Air Mata Anisa. Semuga pembaca setia tetap semangat dalam menjalankan segala aktifitas. Jangan pernah patah semangat untuk menggapai cita - citamu!

Jreng ... jreng... jreng...

Disisi lain Anisa masih bingung dalam menentukan pilihan, ia harus memilih salah seorang yang ia sayang untuk memberikan potongan kue pertamanya. Kemudian dia berpikir untuk memberikan potongan kue pertama untuk siapa. Disela - sela itu ia menghampiri Faiz, namun tak jadi membeikan kue itu, lalu dia beralih ke tempat Romi berada. 

Kini, dia memberikan dengan pasti kuenya untuk sang kakak tercinta. Karena dia merasa masih ada kudua untuk Faiz sang pujaan hati. Akhirnya Romi mengerti dengan apa yang adiknya pikirkan, lalu dia menerima kue itu dengan senang hati. Kemudian Anisa menyuapinya dengan lemah lembut.

"Kak, kue pertama ini buatmu karena selama ini hanya kakak yang mengerti diriku."

"Iya dek, terimakasih dan jangan lupa kue kedua untuk Faiz, biar hatinya luluh padamu."

Anisa hanya tersenyum dan tersipu malu mendengar godaan dan saran sang kakak yang macam - macam. Lalu ia memotong kue kedua untuk Faiz, namun belum sempat ia menyuapinya, Rieka sudah menyambar kue itu dan membuangnya jauh - jauh.

Sontak seluruh hadirin merasa kaget bukan kepalang. Semua berbisik - bisik mengomentari peristiwa itu. Berani - beraninya Rieka merusak acara ulang tahun orang lain di depan banyak orang.

"Mas Faiz, ayo kita pulang!"

Sambil menarik tangan Faiz, Rieka ingin membawanya pulang.

"Rika, apa yang sedang kamu lakukan?"

Tanya Faiz dengan wajah merah padam karena melihat tingkah laku Rieka yang tidak sopan.
Romi dan Anisa hanya bisa diam tanpa ikut campur percakapan mereka yang akan semakin memanas.

"Mas Faiz, aku tidak ingin melihatmu bermesraan dengan wanita itu tepat di depanku."

Dengan jari telunjuk, ia menunjuk ke arah Anisa yang masih kebingungan.
"Memangnya kenapa, ada masalah denganmu, perlu kamu tahu Anisa itu hanya sebatas sahabatku tidak lebih."

Mendengar perkataan barusan, Anisa merasakan luka yang teramat dalam. Baru saja dia bahagia namun hilang sekejap mata akibat dari kata - kata Faiz yang tak mau dia dengar lagi.
Kemudian dia menarik tangan Romi dan berusaha meninggalkan Cafe itu. Meninggalkan Faiz dengan Rieka yang semakin memanas dalam sebuah perdebatan sengit.

Dia tidak perduli dengan itu semua yang hanya menyebabkan luka yang baru saja dia dapatkan secara tidak sengaja dari sang pujaan hati.
Faiz hanya bisa memperhatikan Romi dan Anisa yang pergi. Dengan perasaan bersalah kepada mereka berdua. Dia menyesal telah membawa Rieka ke tempat itu. Lalu Rieka menjelaskan kenapa dia melakukan hal itu. 

"Mas aku tidak rela melihatmu bermesraan dengan wanita lain, selain aku."

"Maaf Rieka, kita tidak punya hubungan apa - apa, jadi aku mohon jangan ikut campur dalam urusanku, dan jangan pernah kamu lakukan itu lagi kalau kamu masih ingin tinggal di rumahku."

Emosi Faiz sudah memuncak, dia sudah di luar kontrol karena perasaan malu terhadap Romi dan Anisa.

"Mas, semua ini kulakukan karena aku mencintaimu, aku tidak rela jika kamu harus menjadi milik orang lain."

"Cukup Rieka, berhentilah berharap dan bermimpi, karena hatiku sudah dimiliki orang lain dan pastinya bukan kamu."

"Aku tidak akan pernah putus asa untuk mendapatkan cintamu, Mas." Lalu dia pergi meninggalkan Rieka seorang diri. Ia menuju motor vixion kesayangannya tanpa pikir panjang dia meninggalkan Rieka sendirian di Cafe.
  
Akibat emosi yang tak terkontrol dan meledak - ledak, untunglah Rieka tak dapat gamparan tangan besarnya. Dari kejauhan Rieka memanggil - manggil.

"Mas, mas Faiz, tunggu aku!"

Dengan melaju kenjang Faiz tidak memperdulikan gadis yang memanggil - manggilnya itu.
Dari dalam mobil Anisa dan Romi memperhatikan semua peristiwa tadi, mereka merasa kasihan kepada Rieka yang ditinggal begitu saja. Lalu Romi turun dari mobil dan menghampirinya.

"Dek, mau ikut sama kita?"
Tawarnya untuk Rieka.

"Tidak, Mas. Terimakasih."

Dia pura - pura menolak padahal dalam hati ingin sekali ikut.

"Tidak apa - apa, Dek. Mas akan senang jika kamu ingin ikut."

"Baiklah, Mas. Aku ikut, lagian aku sudah ditinggal sendiri sama mas Faiz, dan aku juga tidak paham arah jalan menuju pulang."

"Ayo masuk dek, hari semakin panas nih, kamu tidak ingin kulitmu terbakar kena sengatan matahari kan?"

"Iya, Mas."

Lalu dia masuk ke dalam mobil bersama Romi, kemudian melihat Anisa yang kelihatannya tidak senang dengan kedatangan Rieka ke dalam mobil.
Dan sebelum mereka bertiga berangkat, masih terjadi percakapan panjang di antara ketiganya.

"Perkenalkan, namaku Romi, dia adikku namanya Anisa."

"Tanpa berjabat tangan mereka berkenalan karena posisi yang tidak memungkinkan untuk bersentuhan ketika Rieka duduk di kursi belakang."

"Namaku Rieka, Mas." Katanya dengan lembut memperkenalkan diri."

"Kalau boleh tahu kamu siapanya Faiz?"

"Sebenarnya aku hanya numpang di rumahnya, Mas. Aku kabur dari rumah karena menghindari pertunangan yang akan direncanakan orang tuaku dalam waktu dekat ini."

"Terus kenapa kamu bertingkah seperti tadi?" Anisa menimpali.
"Aku minta maaf, Mbak. Karena telah merusak acara ulang tahunmu."

"Sudah terlambat, kamu telah berhasil merusak moment bahagiaku."

Dengan ketus Anisa berucap.
"Dek, jangan gitu dong, kasihan dia, mungkin ini sudah takdir dari Allah dalam mempertemukan kita dengan Rieka."

Kata Romi mengingatkan sang adik.
"Iya, Kak. Takdir yang menyebalkan!" Emosi Anisa mulai tumbuh.

"Husshhhh, jangan bicara seperti itu, nanti takdirmu selalu menyebalkan, Dek."

"Kakak belain aku atau Rieka, sih?"

"Kakak tidak membela siapapun, hanya saja setahu kakak, kalau ada orang yang tulus meminta maaf, maka kita harus berlapang dada untuk memaafkan orang tersebut agar tidak dibenci Allah dan Rasulnya."

"Sudah, sudah...kalian jangan ribut hanya gara - gara aku, aku sangat menyesal melakukannya tadi."
Kata Rieka tadi dengan penyesalan palsunya.

"Sebenarnya apa motif kamu melakukan hal seperti tadi?" Tanya Anisa penasaran.

"Aku melakukan hal yang seperti itu, karena aku sangat mencintai mas Faiz, aku tidak rela jika kamu harus menyuapinya di depan mataku, aku cemburu dan sekali lagi aku minta maaf, Mbak." Jelasnya pada Anisa.

Mendengar penjelasan itu, Anisa menjadi maklum dan luluh hatinya untuk sekadar memberi maaf pada gadis yang sudah merusak pestanya itu.

Semuga cuplikan novel ini bisa memberikan inspirasi untuk kita semua dalam berkarya.

Dengan karya tulis kita bisa menuangkan segala isi hati yang terpendam. Meskipun kita telah tiada, namun karya kita masih ada dan akan selalu dibaca oleh seluruh umat manusia. Maka, buatlah karya yang bermanfaat untuk semua.

Salam santun dari Penyair Senja.

Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+