-->

Iklan

Review Karya Penyair D. Zawawi Imron: Madura Akulah Darahmu

Akhmad Fauzi
Friday 26 February 2021, February 26, 2021 WIB Last Updated 2021-04-06T01:46:02Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
                Design Pribadi

Kali ini Penulis ingin sekali mereview karya fenomenal Penyair Madura Kyai D. Zawawi Imron. Mohon maaf jika ada kesalahan dan mohon izin untuk mendiskripsikan karya beliau yang sudah masyhur di kalangan para Penyair top Nasional. Mungkin ilmu review saya masih jauh dari kata sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Dengan mengucap Bismillahirrahmaanirrahiim saya akan memulai review ini satu persatu.
Kita mulai dari judul puisi yang sangat fenomenal, semuga penulis mendapatkan tulah barokah dari beliau. Aamiin Yra.





"Madura Akulah Darahmu"

Judul di atas mendeskripsikan bahwa Penyair menjelaskan tentang asal muasal beliau yang dengan bangga memperkenalkan kepada dunia bahwa beliau terlahir di daerah Madura tercinta.

"Di atasmu, bongkahan batu yang bisu"
Penulis mulai menceritakan bahwa kultur daerah Madura yang penuh dengan bebatuan. Karena Madura kultur daerah dan orangnya keras-keras namun, tetap mempunyai hati yang baik.

"Tidur merangkum nyala dan tumbuh berbunga doa"
Di sini Penulis puisi ingin menyampaikan pesannya. Bahwa di Madura penuh dengan keberkahan dan doa- doa yang mustajab dari para Ulama yang tinggal di Madura.

"Biar berguling di atas duri hati tak kan luka"

Bahwa disini Penulis menjelaskan bahwa orang-orang Madura pekerja keras dan pantang menyerah untuk meraih cita-citanya.

"Meski mengeram di dalam nyeri cinta tak kan layu"
Penulis berusaha memberitahu bahwa rasa sakit tidak akan mampu memadamkan rasa cinta terhadap saudara-saudaranya. Dengan tetap mementingkan silaturrahim yang kuat di atas segalanya.
"Dan aku
Anak sulung yang sekaligus anak bungsumu
Kini kembali ke dalam rahimmu, dan tahulah
Bahwa aku sapi kerapan
Yang lahir dari senyum dan airmatamu"
Penyair puisi ini memang ingin benar-benar menjelaskan bahwa beliau memang kental dari adat Madura dengan memperkenalkan budaya sapi kerapan yang menjadi ikon Madura. Banyak sejarah yang menjelaskan tentang budaya sapi kerapan yang bukan hanya sekadar sampi yang dibalap ataupun sapi yang disakiti. Budaya sapi kerapan adalah wujud dari agama tertentu yang menyembah dan mengagungkan sapi. Sehingga timbullah budaya ini, bahwa sapi bukanlah untuk disembah ataupun dipuja-puja.

"Seusap debu hinggaplah, setetes embun hinggaplah,
Sebasah madu hinggaplah
Menanggung biru langit moyangku, menanggung karat
Emas semesta, menanggung parau sekarat tujuh benua"
Penulis berusaha memberikan wawasan yang luas tentang Madura yang dengan hasil alamnya yang melimpah ruah. Orang Madura akan cocok pada setiap wilayah baik lokal maupun interlokal.


 
"Di sini
Perkenankan aku berseru: Madura, engkaulah tangisku"

Makaud dari Penulis adalah bahwa Madura merupakan tempat melipur lara dan tempat kembali dari perantawan. Jadi bagi siapapun yang pergi merantau ke luar Madura, jangan sampai melupakan tempat kelahiran mereka.



"Bila musim labuh hujan tak turun
Kubasuhi kau dengan denyutku
Bila dadamu kerontang
Kubajak kau dengan tanduk logamku
Di atas bukit garam
Kunyalakan otakku"

Maksudnya adalah, bahwa Madura adalah sangat kering jika musim kemarau, jadi petani akan membajak sawahnya dengan pengairan seadanya. Ini menunjukkan bahwa kerja keras dari hasil pertanian di daerah Madura. Madura juga termasuk penghasil garam seperti di daerah kalianget Sumenep dan sekitarnya. Bahwa pengahasilan orang-orang Madura dari hasil pertanian yang melimpah dan juga termasuk penghasil garam.

"Lantaran aku adalah sapi kerapan
Yang menetas dari senyum dan airmatamu
Aku lari mengejar ombak, aku terbang memeluk bulan
Dan memetik bintang-gemintang
Di ranting-ranting roh nenek moyangku"

Di ubun langit kuucapkan sumpah:
Madura, akulah darahmu.
Menjawab dari bait syair-syair sebelumnya, bahwa Kejarlah mimpi setinggi-tingginya. Dan terus menyebarkan budaya kerapan sapi yang ikonik di Madura. Dengan restu nenek moyang dan keberkahan dari yang Maha Kuasa. Semua akan kembali kepelukan-Nya. Seakan penulis mengingatkan kita kepada kematian.

(D. Zawawi Imron)
Itu saja review dari Karya Penyair Madura yang tersohor dengan judul 'Madura Akulah Darahmu'
Semuga Penulis berkenan dan mohon maaf atas kesilapan-kesilapan yang telah dituliskan kali ini.

Ihdinaa waiyyakum siraatol mustaqiim,
Wassalamualaikum Wr. Wb.
 

Komentar

Tampilkan

Terkini