-->

Iklan

Kumpulan Puisi Penyair Senja: Hati yang Terbuang

Akhmad Fauzi
Sunday 28 February 2021, February 28, 2021 WIB Last Updated 2021-04-06T01:49:21Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini
                     Desain Pribadi

Salah satu kegemaran dan kecintaan Penulis terhadap puisi original yang berbeda dengan yang lain. Ada ciri khas tertentu pada puisi-puisi yang ditulis dan tidak akan pernah ada kesamaan dalam penulisannya. 
Buatlah karya yang mempunyai karakter khusus. Sehingga orang akan tahu bahwa karya itu milikmu tanpa melihat orangnya. Ini sangat penting untuk menghindari plagiarisme konten. Dan kamu bisa melaporkan hak cipta jika ada orang yang sengaja mencopy paste karyamu tanpa mencantumkan nama pengarangnya.

Berikut adalah contoh puisi yang berkarakter dan berciri khas. Kalian bisa membandingkan karya Penulis sendiri dengan puisi-puisi lainnya yang lebih dahulu diposting di blog ini.

Selamat menikmati!
Judul: Hati yang Terbuang
Oleh: Penyair Senja

Anak senja ditipu peradaban, ia lahir tanpa bina dan dekapan
Setiap langkah yang disusun menjadi arti segala kegagalan
Mencari mata air di padang pasir dengan dikelilingi singa liar penuh arogan

Hingga menetap di mana tak ada lagi sebuah kepastian
Rasa malu mendekam tak kunjung menghindar mencekam keadilan
Tak runut menyongsong rencana terkapar pada lembah penistaan

Ruang tak lagi luas menyediakan asupan cahaya semangat menjadi kelam
Sempit melingkari jalan setapak penuh kerikil tajam 
Menusuk jiwa raga tanpa rasa ampun dan cenderung kejam

Separuh nafas hilang diterkam rajawali kehidupan
Tuntas menghempaskan tekad mengubur pintu tanpa harapan 
Hilang menjauh menepi pada titik yang tak lagi dibutuhkan

Siapakah yang bisa merubah nasib menjadi berlian ?
Tuhan, jawabnya dalam gelap malam penuh keheningan
Malang sungguh malang keyakinannya tak lagi dinyatakan

Pulang adalah jalan terakhir yang dipilih
Saat pemancing kehilangan umpan dan hari ditempuh tertatih - tatih
Sebatas menghadirkan senyum pada tungku yang telah rapi

Lelah berjalan menyusuri lorong kehidupan di bawah sengketa cinta
Ada penyesalan berkepanjangan yang digambarkan melalui nestapa
Setiap jalan yang ditempuh adalah tipuan angin penuh canda tawa

Kuseka air mata pada setiap goresan luka dari manusia berhati iblis
Mencekal jalan keselamatan hendak meniduri sembilan bidadari
Patah semangat tertusuk duri hingga dilingkari rasa putus asa

Jiwa meronta ingin lepas dari jeratan penuh beling mengoyak jiwa raga
Tertusuk hingga berdarah - darah tanpa ada yang perduli dan bertanya
Hati mulai ragu mencari jati diri yang kian memudar mendesak nyawa

Huru hara menelurkan kebisingan hingga beranak pinak dusta
Hadirkan ilusi jahat menerkam menampilkan halusinasi neraka
Terpuruk dalam dekapan duka yang tak hengkan menyelimuti jiwa

Cerita demi cerita hanyalah pelipur lara tanpa jeda hanguskan asa
Pucuk bahagia terpetik pencuri meninggalkan gelak tawa di pinggir kota
Kota impian para pemuja asmara yang hidup mengandalkan rindu dan puja

Lalu, mata menjadi sakit, hingga hati diam - diam berduri
Desahan berat melingkari kerongkongan menggerogoti
Hingga nafas mengeluarkan bau anyir darah tanda dikhianati
Malam Menunggu Pagi Tak Kunjung Berseri

Malam ini masih tetap sama, dan pagi pasti mengulang kembali kisahnya
Kisah yang terus berjalan menuju kematian dan kisah nyata
Tentang rasa sakit yang tak pernah surut bagaikan air terjun Himalaya

Setiap detik hanya kobaran api yang ditinggalkan pemadam
Enggan mengurus diri tersebab kosong penuh dendam
Ditambah sengatan mentari meradang membumi hanguskan angan terpendam

Elegi menyapa hati menembus cakrawala jiwa tanpa tepi
Mengejar hal yang buram pada titik masa depan silih berganti
Saling menyalahkan bahkan hanya berputar - putar sendiri

Elok tak lagi indah dipandang mata dan ditinggal pergi deburan ombak
Meluluh lantahkan pondasi diri dalam bentuk kekecewaan bak perompak
Mangsanya hilang ia di bui bersama banding yang tertolak

Akhir cerita masalah kian bertambah dan solusi tak menyapa lagi
Tinggallah pasrah menemukan hati yang tersisa meski penuh rasa benci
Tatapan tak lagi seindah dulu, kala dua sejoli bertemu dan saling mencintai

Akibat rasa gerah yang terus menipu dan memaksakan diri 
Hingga tercapailah rasa gundah gulana menyelimuti pagi
Malampun hanya berbisik lirih ditemani harapan esok hari


Hati yang Terbuang di Bulan Ini



Pada hati yang terbuang, kubisikkan seribu harapan yang tertuang
Lewat mimpi - mimpi manis para pencari cita namun terpaksa pulang
Menetap lagi dari titik di mana usaha tak lagi menantang

Dengan hasil jerih payah para pendaki yang tak kunjung turun
Akibat rasa lelah menimpa menuju waktu kematian
Terkubur tanpa nama ditinggalkan bersama burung gagak berantakan

Rasa perduli tak lagi ada di dataran hati yang penuh derita
Lara menyapa setiap saat menumbuhkan leluka jiwa
Menghalangi pandangan tertindas mencari lubang mutiara

Kecewa menjadi opsi lagi, kala usaha dikhianati berkali - kali
Ikhlas dikebiri meluluh lantahkan pikiran jernih dari hasil terakhir sebuah ekspedisi
Berpikir akan mati sungguh menyayat luka hati yang belum jua sembuh diobati

Kuberanikan istirah pada lembar yang dipaksa terus berputar - putar
Hingga akhirnya, segala resah terjawab sudah tanpa harus berkoar - koar
Cukup bukti siapa lagi yang perlu dipertahankan dan bercerita lagi tentang hal yang sukar

Sulit ditepiskan arah ke mana otak berlari mengarah pintu harapan yang tak lagi bersinar
Deduka menghambatnya merelakan musafir mengendalikan segalanya atas dasar pilihan namun tertukar
Entah siapa lagi yang akan menjadi korban hati yang terbuang, saat pikiran tak lagi menentu dalam sangkar

Anak Rantau Lupa Jalan Pulang

Mak , kisahku telah rumpang dimakan waktu , dan jarak yang membentang
Setiap isi dompet yang berteriak adalah aku yang lupa jalan pulang
Hingga waktu menutup segala arah dan seribu peluang

Sebatas doa mengalun indah di bibir pada pondasi rumah yang tak kunjung selesai
Tersebab aku yang menguras peluh di Negri sana tanpa jejak meninggalkan cerita kampung tanpa nilai
Meronta dengan kuat tanpa lilitan tampar bermimpi di siang bolong merubah nasib hingga usai

Dan aku masih tengkurap di selokan mencari ikan bakar menu besok
Walau keluarga terlilit hutang namun senyum ini tak perlu terseok
Malam ini, menjejal perut dengan batu hingga nafas tersorok - sorok

Rindu bintang di bawah langit yang sama, hingga jiwa meronta - ronta dan cita tak lagi ada
Sungkan pulang menelan ludah menentukan hayat di balik keputus asaan dan penantian panjangnya
Sungguh memilukan bukan, mengais uang di Negri seberang tanpa tanya bagaimana ?

Kisahku yang malang melintang menebarkan duka atau sekadar bahagia adalah pilihan telur di ujung tanduk
Beban semakin berat, ditinggalkan membuat hati retak, bila mana angan tak lagi duduk
Serupa pohon pisang yang pantang berbuah untuk ke dua kalinya, ia enggan untuk tunduk

Di balik serinya lara terdapat paksaan hati yang harus tersenyum pada majikan
Kucuran keringat pandangan hitam dan waktu yang terbuang adalah hasil dari perjanjian
Matilah rasa hingga aku tak lagi ingin pulang atau sekadar menengok anak istri dalam penantian

Semburat rasa penyesalan dan kehidupan tanpa pengakuan
Mati atau tidak berjuang sendiri dengan rasa malu berkepanjangan
Entah itu karma dosa, atau Tuhan sedang senang memberikan sebuah ujian ?


Madura,28 Februari 2021

Komentar

Tampilkan

Terkini